Inilah Kewajiiban Yang Sering Diremehkan Oleh Wanita

Beberapa macam kontes kecantikan dan ajang pencarian bakat yang
kerap digelar tiada lain adalah langkah untuk meruntuhkan moralitas dan akhlak. Yang patut kami sayangkan, tidak sedikit saudari muslimah yang ikut ajang tersebut. Semua ini juga tidak lain supaya tersebar syahwat dan menghancurkan moral para pemuda muslim. Sehingga, tidak sedikit pemuda kaum muslimin yang kemudian lupa terhadap kenasiban akhirat, bahkan lupa untuk memperjuangkan agamanya.
Baca Juga : Jima Seusai Perselisihan
Inilah Kewajiiban Yang Sering Diremehkan Oleh Wanita


Sekarang para wanita telah tidak sedikit yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka alias telapak kaki, yang di mana kedua tahap ini harus ditutupi. Tetapi, kini ini telah tidak sedikit yang berani membuka paha dengan memakai celana dan rok dengan tinggi betis.

Dari Abu Hurairah, beliu mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum sempat aku lihat : (1) Sebuahkaum yang mempunyai cambuk semacam ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka semacam punuk unta yang miring. Wanita semacam itu tidak bakal masuk surga dan tidak bakal mencium baunya, mesikipun baunya tercium selagi perjalan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 22128)

Imam an-Nawawy dalam syarah Shahih Muslim mengatakan bahwa makna kalimat ‘Kasiyatun ariyatun’, sebagai berikut :

Pertama : wanita yang mendapat nikmat Allah, tetapi enggan bersyukur terhadap Nya.
Kedua : wanita yang mengenakan pakaian, tetapi kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya dan enggan meperbuat ketaatan terhadap Allah.
Ketiga : wanita yang menyingkap sebagaian anak buah tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya.

Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian, tetapi sebetulnya telanjang.
Menurut Ibnu Jauzy, bahwa makna kalimat ‘kasiyatun ariyatun’ mempunyai makna sebagai berikut,
Pertama : wanita yang memakai pakaian tipis, jadi Nampak tahap dalam tubuhnya. Wanita semacam ini terbukti memakai jilbab, tetapi sebetulnya dirinya telanjang.
Kedua : wanita yang membuka sebagaian anak buah tubuhnya (yang harus ditutup). Wanita ini sebetulnya telanjang. Sebab sama sekali tidak berdasarkan dengan perintah sesungguhnya, yaitu menutup seluruh tahap dari tubuhnya.
Ketiga : wanita yang memperoleh nikmat Allah, tetapi kosong dari syukur kepada-Nya.

Sungguh, wanita adalah parameter baiknya sebuahbangsa. Baiknya wanita adalah tanda kebaikan sebuahbangsa. Dan hancurnya wanita adalah adalah kehancuran sebuahbangsa. Maka apabila wanita itu mempertontonkan auratnya dan apabila wanita itu telah dicabut rasa malunya, pertanda bangsa itu bakal hancur dan binasa. Faktor ini terjadi sebab di rahim wanitalah anak bangsa dikandung. Kemudian darinyalah mengalir makanan untuk menyambung nasib anak tersebut. Dengan kasing sayangnyalah mereka mulai hari-harinya. Wanitalah guru pertama dan mutlak bagi mereka. Maka apa jadinya kalau mereka nasib dibawah asuhan dan pendidikan wanita yang tidak punya rasa malu, dan senantiasa mempertontonkan auratnya terhadap orang-orang yang bukan mahramnya?

Dari Shofiyah binti Syaibah mengatakan : “Ketika kami bersama Aisyah, beliau mengatakan; “Saya teringat bakal wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah mengatakan: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy mempunyai keutamaan, dan demi Allah, saya tidak menonton wanita yang lebih percaya terhadap kitab Allah dan lebih meyakini ayat-ayatNya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun terhadap mereka ayat : “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur; 31) maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah terhadap mereka. Mereka membacakan ayat itu terhadap istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun diantara wanita itu kecuali segera berdiri mengambil gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, sebab percaya dan iman terhadap apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Jadi mereka (berlangsung) dibelakang Rasulullah SAW dengan kain penutup seolah-olah di atas kepalanya tersedia burung gagak.”

Maka dari itu, sesungguhnya menutup aurat adalah sebuah keharusan yang terbukti telah diharuskan bagi tiap wanita muslimah yang mengaku bahwa dirinya beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman –Nya dalam surat al-Ahzab ayat 59, “Hai Nabi, katakanlah terhadap istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbannya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab:59)

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan mengatakan: “Allah Ta’ala menyuruh Rasulullah SAW supaya dirinya menyuruh wanita-wanita mukmin, istri-istri, dan anak-anak perempuan beliau supaya mengulurkan jilbab keseluruh tubuh mereka. Sebab tutorial berpakaian yang demikian membedakan mereka dari kaum wanita jahiliah dan budak-budak perempuan.

Batas Aurat Wanita
Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah SAW sempat bersabda pada anaknya, “Wahai Asma’ sesungguhnya perempuan itu apabila telah baligh tidak layak menampakan tubuhnya kecuali ini dan ini, sambil menunjuk telapak tangan dan wajahnya.” (HR. Muslim)

Dalam sebuah hadist telah dijelaskan bahwa batasan aurat bagi perempuan adalah seluruh tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan dan kakinya.

Maka semua tahap tubuh wanita adalah aurat, jadi seluruh tubuh baik dari ujung kaki hingga ujung rambut adalah aurat bagi perempuan. Setiap anak buah tubuh perempuan mempunyai daya tarik yang apabila perempuan menampakkan auratnya, maka dengan cara tidak langsung menggoda nafsu birahi laki-laki yang menontonnya. Menurut pandangan Islam aurat adalah sesuatu yang diharamkan untuk ditampakkan. Tidak jarangkali sebab daya tarik yang ditimbulkan oleh aurat manusia terjerumus ke dalam kenistaan. Untuk menghindari dan menjaga firah manusia sebagai makhluk yang paling mulia, Islam telah mengatur batasan-batasan supaya umatnya tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan.
Islam telah memberbagi batasan-batasan bagi tiap perilaku antara lelaki dan wanita maupun sebaliknya. Diantara peraturan yang diberbagi Islam supaya umatnya terhindar dari fitnah syahwat adalah sebagai berikut :

1. Menjaga pandangan mata
Ajaran Islam dalam menjaga pandangan mata terlebih lawan jenisnya adalah sangat bijaksana dan mempunyai tujuan mulia. Menjaga pandangan mata dicukupkan dengan menundukkan pandangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya. Faktor ini dimaksudkan supaya terhindar dari faktor yang memunculkan fitnah gairah seksual melewati pandangan tersebut.

“Katakanlah terhadap orang-orang yang beriman laki-laki supaya mereka menundukkan sebagaian dari pandangan mata terhadap perempuan dan merawat kemaluan mereka (menutupnya) yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah mengenal apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah terhadap perempuan yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan merawat kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa Nampak darinya.”
(QS.An-Nur:30-31)”

2. Larangan bersentuhan kulit
Dengan bersentuhan kulit dengan yang bukan muhrimnya bakal memunculkan rangsangan-rangsangan gairah yang tidak dibenarkan oleh Syara’
“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian ditikam dari kepalanya dengan jarum besi, adalah lebih baik dari pada menyentuh seorang yang bukan muhrimnya.” (HR. Tabrani)

3. Larangan berduaan dengan bukan mahram
“Tidak boleh seorang di antara kalian berduaan dengan perempuan lain (yang bukan mahramnya)” (HR. Ahmad)
Baik dimanapun dan kapanpun tidak diperbolehkan antara laki-laki dan perempuan untuk berduaan dengan tidak hanya mahramnya.

4. Larangan ikhtilath
Bercampur baurnya laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dalam sehari-hari disebut dengan ikhtilat. Tetapi untuk kebutuhan yang sifatnya darurat, Islam telah mengajarkan untuk memakai hijab (penghalang) sebagai pelindung wanita dari pandangan kaum laki-laki.
“Apabila kalian meminta sesuatu kebutuhan terhadap mereka, maka mintalah dari belakang tabir.”(QS. Al-Ahzab:53)

Dengan tidak berpandangan langsung, bersentuhan, mengundang berduaan, alias tidak bercampu dalam sebuahtempat adalah wasilah untuk menjauhi adanya beberapa faktor yang tidak diharapkan. Juga adalah sebuah penghormatan bagi kaum perempuan.

Sedangkan batasan aurat wanita terhadap suaminya sama saja dengan batasan aurat suami terhadap istrinya. Sebab kedua duanya adalah mahram yang mempunyai haq untuk berteman.

Bukan Masalah Sederhana
Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits serupa dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda,“Ada dua golongan penghuni neraka, yang aku tidak sempat menonton keduanya sebelumnya. Wanita-wanita yang telanjang, berpakaian tipis, dan berlenggak-lenggok, dan kepalanya digelung semacam punuk onta. Mereka tidak bakal masuk surga, dan mencium baunya. Dan laki-laki yang mempunyai cambuk semacam ekor sapi yang dipakai untuk menyakiti umat manusia.” (HR. Imam Ahmad)
Baca Juga : Apakah Salah Sedekah Saya?

Hadits-hadits di atas lumayan menjadi motivasi supaya rutin menjaga aurat. Tetapi, tampaknya kesadaran untuk menjalankan keharusan ini tetap sangat rendah. Sebab memakai hijabyang syar’I bukan sekedar urusan fesyen dan tradisi, melainkan menjalankan perintah Allah. Sungguh menjalankan perintah tersebut dengan penuh keridhaan hati bakal membikin batin merasa tentram dan aman. Sebaliknya. Mengabaikannya hanya bakal menghasilkan penyesalan yang tiada tara. Semoga Allah menjauhi kami dari sifat semacam itu dengan rahmat-Nya. Semoga kami bisa senantiasa menjaga kehormatan diri kami dan kaum muslimin. Wallahu A’lam.