Adab Adab Ketika Bersin

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
beliau bersabda:

Adab Adab Ketika Bersin


إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

“Ababila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya dia mengucapkan, “ALHAMDULILLAH” sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan, “YARHAMUKALLAH (semoga Allah merahmatimu). Jika saudaranya berkata ‘YARHAMUKALLAH’ maka hendaknya dia berkata, “YAHDIKUMULLAH WA YUSHLIH BAALAKUM (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).” (HR. Al-Bukhari no. 6224 dan Muslim no. 5033)

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللَّهَ فَشَمِّتُوهُ فَإِنْ لَمْ يَحْمَدْ اللَّهَ فَلَا تُشَمِّتُوهُ

“Bila salah seorang dari kalian bersin lalu memuji Allah maka tasymitlah dia. Tapi bila dia tidak memuji Allah, maka jangan kamu tasymit dia.” (HR. Muslim no. 2992)

Tasymit adalah mengucapkan ‘YARHAMUKALLAH’.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan alias kainnya sambil merendahkan suaranya.” (HR. Abu Daud no. 5029, At-Tirmizi no. 2745, serta dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4755)

Penjelasan simpel:
Ada berbagai akhlak yang dapat dipetik dari dalil-dalil di atas:

1. Disunnahkan bagi orang yang bersin untuk membaca hamdalah, yaitu bacaan: ALHAMDULILLAH alias ALHAMDULILLAH ALA KULLI HAAL. Lafazh yang kedua ini tersebut dalam riwayat Abu Daud no. 5033 serta dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud.
Ini berlaku umum baik di luar shalat maupun di dalam shalat, berdasarkan hadits Muawiah bin Al-Hakam As-Sulami riwayat Muslim.

2. Diharuskan atas setiap orang yang mendengar hamdalah ini untuk membalasnya dengan tasymit. Ini hanya berlaku apabila yang bersin adalah seorang muslim serta yang menjawab tak sedang shalat.
Adapun apabila yang bersin adalah kafir dzimmi serta dirinya membaca hamdalah, maka dirinya dijawab dengan ucapan: YAHDIKUMULLAH WA YUSHLIH BAALAKUM. Dalil amalan ini adalah hadits Abu Musa Al-Asy’ari riwayat Abu Daud no. 5038 serta At-Tirmizi no. 2739. Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan mengenai riwayat ini dalam Shahih Abi Daud, “Shahih.”

3. Apabila yang bersin tak membaca hamdalah maka tak harus membalasnya dengan tasymit

4. Orang yang bersin harus membalas orang yang membaca tasymit untuknya dengan ucapan: YAHDIKUMULLAH WA YUSHLIH BALAKUM.

5. Disunnahkan untuk menutup wajah ketika bersin. Faktor itu sebab dikhawatirkan adanya sesuatu yang keluar dari mulutnya yang dapat mengganggu orang-orang yang berada di kurang lebihnya.
6. Dibencinya meninggikan suara ketika bersin sebab terkadang itu dapat memberbagi gangguan terhadap orang-orang di kurang lebihnya.

Berbagai perpersoalanan seputar adab-adab bersin:

1. Untuk meperbuat tasymit, apakah harus mendengarkan wacana hamdalah orang yang bersin ataukah lumayan dengan mengenal bahwa dirinya mengucapkannya (umpama sebab orang di kurang lebihnya membaca tasymit) mesikipun kami tak mendengarnya?
Jawab:
Ia, dirinya harus membaca tasymit apabila diketahui bahwa yang bersin itu membaca hamdalah mesikipun dirinya tak mendengarnya. Demikian yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Al-Qayyim dalam Zaad Al-Ma’ad (2/442)

2. Apabila ada yang lupa alias sengaja tak membaca hamdalah seusai bersin, apakah disunnahkan untuk diingatkan alias disuruh?

Jawab:
Ada dua pendapat di kalangan ulama:
1. Sebagian mengatakan disunnahkannya, serta ini adalah pendapat Ibrahim An-Nakhai serta yang dipilih oleh An-Nawawi. Mereka berdalil keumuman nash yang memerintahkan tolong membantu dalam kebaikan.

2. Sebagian lainnya menganggap tak butuh diingatkan, serta ini adalah pendapat Ibnu Al-Arabi serta yang dikuatkan oleh Ibnu Al-Qayyim.

Wallahu a’lam, yang lebih cocok adalah pendapat yang kedua. Ibnu Al-Qayyim rahimahullah mengatakan dalam Zaad Al-Ma’ad (2/332), “Zhahir dari sunnah menguatkan pendapat Ibnu Al-Arabi. Ini adalah pelajaran bagi orang tersebut serta penghalang dirinya dari berkat doa sebab dirinya sudah menghalangi dirinya dari keberkahan tahmid serta melupakan Allah. Maka Allah memalingkan hati-hati kaum mukminin serta lisan-lisan mereka dari mendoakannya. Serta kalau saja mengingatkannya untuk bertahmid itu sunnah, pasti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih mutlak untuk melaksanakannya serta mengajarkannya, serta membantunya untuk faktor tersebut.”

3. Apabila bersinnya berulang serta dirinya membaca hamdalah setiap bersin, apakah masih harus bagi yang mendengarnya untuk mengulangi tasymit?

Jawab:
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dirinya mengatakan, “Doakan saudaramu yang bersin setidak sedikit tiga kali. Kalau lebih dari tiga maka dirinya sedang flu”. (HR. Abu Daud no. 5034 serta Al-Albani mengatakan dalam Shahih Abi Daud, “Shahih dengan cara mauquf serta marfu’)
Ibnu Al-Qayyim rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini ada pelajaran untuk mendoakan baginya kesembuhan, sebab flu itu adalah penyakit. Serta dari hadits tersebut juga dipetik adanya uzur bagi orang yang tak mendoakan seusai bersin yang ketiga.
Baca Juga : Tiga Hal yang Boleh Disembunyikan Istri dari Suami

Hadits ini juga berisikan sebuahperhatian terhadap sebab ini supaya seseorang memahaminya serta tak mengabaikannya, jadi membikin sulit urusannya. Dengan demikian perkataan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hikmah serta rahmat, ilmu serta petunjuk.” (Zaad Al-Ma’ad: 2/441)

Semoga bermanfa'at silahkan share