Nikmat Islam serta Jalan Kami Berdakwah

Tausiah Islam - Jangan remehkan rahmat yang kami miliki, yaitu Islam
. Orangtua saya bukan Muslim. Istri saya tahu alangkah saya mencintai orangtua saya. Serta orangtua saya mencintai saya. Setiap hari, ayah saya mengatakan bahwa dirinya mencintai saya. Tapi apabila ayah saya meninggal dalam keadaan semacam ini kemana dirinya bakal pergi? Kamu bisa mendo’akan orangtua anda, tapi saya tidak bisa berdo’a untuk ayah saya apabila dirinya meninggal (karena dirinya non-Muslim).
Baca Juga : Kisah Suami Istri Yang Hampir Bercerai

Nikmat Islam serta Jalan Kami Berdakwah


Inilah kenyataannya saudara/saudari. Jangan remehkan rahmat yang diberikan Allah s.w.t terhadap kamu berupa nikmat Islam. Kamu mempunya persyaratan untuk memasuki jannah (surga). Ini sangat penting saudara/saudari, sebab inilah tujuan akhir kita. Untuk apakah nasib kita? 20, 30, 40, 50, 60 tahun. Serta saya tidak ingin kami hanya berpikir “Alhamdulillah aku seorang Muslim.” Saya ingin kami pergi serta berdakwah sebab ada tidak sedikit orang yang memperlukan Islam saudara/saudari.
Baca Juga : Keajaiban Ka'bah Mekah yang sengaja disembunyikan DUNIA

Nanti pada tahun 2040, menurut lembaga-lembaga medis, penyakit terbesar yang bakal membunuh manusia merupakan depresi, saudara/saudari. 25% dari wanita di zaman kini mengalami depresi. Kamu wajib menyadari bahwa ada kekosongan ruhani di luar sana. Serta kamu bisa melakukan ini. Jangan hingga terlambat, sebab kakek saya meninggal setahun yang lalu, di bulan September. Kakek saya merupakan segalanya bagi saya. Dialah satu-satunya orang dalam keluarga saya yang ketika mengatakan sesuatu, dirinya bakal menepatinya meskipun dirinya wajib memotong kakinya untuk menepatinya. Saya cinta kakek saya tapi saya tidak sempat berdakwah padanya.

Sayang sekali... Serta ketika saya mendengar bahwa dirinya sakit, saya langsung pulang ke kampung halaman naik pesawat untuk berdakwah padanya. Mungkin ada peluang baginya untuk masuk Islam, sebab dirinya merupakan pria yang mencintai Tuhan. Tapi dirinya meninggal pada hari Jumat dalam keadaan belum masuk Islam. Saya bahkan tidak bisa menghadiri pemakamannya, sebab dirinya non-Muslim.

Jadi jangan hingga telat saudara/saudari. JANGAN SAMPAI TERLAMBAT. Serta kuatkan diri anda. Kamu tahu kamu bisa melakukan ini, siapapun diri anda, tidak peduli kamu berpendapat derajat kamu dengan tinggi apa, sebab Muslim merupakan orang-orang yang bertauhid. Kami merupakan orang-orang La Ilaha Ilallah. Serta apa artinya itu? Itu berarti La hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada kekuatan sejati kecuali dari kekuatan Allah s.w.t).

Jadi Israel tidak bisa sehingga alasan, media-media yang mencemarkan nama Islam juga tidak, sebab semua ini hanyalah alat-alat tidak berarti yang Allah gunakan untuk mewujudkan kehendak-Nya. Hanya Allah-lah kekuatan sejati, serta apabila demikian adanya, jadi ini harusnya membebaskan kami dari rantai makhluk, sebab kami bisa mencapai apapun sesuai kehendak Allah s.w.t. Serta sebab kami tidak tahu apa kehendak-Nya, jadi faktor ini memberikan kami tidak sedikit kemungkinan
untuk menggapai apa yang kami mau. Serta apabila kami telah berusaha sebaik mungkin serta gagal,
kita tetap bisa tersenyum.

As-Salim dengan elok mengatakan ketika menceritakan apa yang dilakukan Rasulullah s.a.w. Kamu tahu kenapa? Sebab Rasulullah s.a.w berkata: “Keadaan orang beriman itu menakjubkan. Ketika sebuah faktor yang baik terjadi padanya, dirinya bersyukur serta itu baik baginya. Serta ketika sebuah faktor yang kurang baik terjadi padanya, dirinya bersabar serta itu juga baik baginya.” Bagaimana mungkin kami tidak bersabar sedangkan Allah s.w.t berfirman:

“Setiap yang bernyawa bakal merasakan mati. Kemudian hanya terhadap Kami kamu dikembalikan. Serta orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebajikan, Mereka bakal Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka abadi di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan, yaitu orang-orang yang bersabar serta bertawakal terhadap Tuhannya.” (Qs. 29:57-59)

Oleh: Hamza Andrea Tzortzis