Bentuk Pendahuluan dalam Berhubungan Seksual yang Disunahkan Rasulullah

Tausiah Islam -Tidaklah Allah menciptakan manusia kecuali untuk
beribadah pada-Nya, jadi segala faktor yang kami perbuat seharusnya sanggup bernilai ibadah, termasuklah dalam berhubungan suami-istri.
Baca Juga : Ternyata Ada Banyak Dampak Negatif Perbuatan Zina

Bentuk Pendahuluan dalam Berhubungan Seksual yang Disunahkan Rasulullah


Pendahuluan dalam Berhubungan Seksual yang Disunahkan Rasulullah

Setidaknya ada 5 bentuk pendahuluan dalam berhubungan suami-istri yang disunahkan oleh Rasulullah, dan pasti saja bernilai pahala tinggi apabila kami lakukan:

1. Mandi dan gosok gigi sebelum berhubungan

Terbayang apabila tubuh sedang banyak-banyaknya keringat, aroma badan menyergap, kemudian pasutri melakukan hubungan suami-istri tanpa terlebih dulu membersihkan diri, pasti saja ini menurunkan daya tarik dan bahkan membikin ilfil pasangan.

Yang paling pasti, faktor ini disunahkan jadi pasti saja bernilai ibadah:

Abu Rafi’ radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sebuah hari sempat menggilir istri-istri beliau, beliau mandi tiap kali berakhir berhubungan bersama ini dan ini. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah lebih baik engkau lumayan sekali mandi saja?” Beliau menjawab, “Seperti ini lebih suci dan lebih baik dan lebih bersih.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)

2. Memakai wewangian

Wewangian merupakan salah satu sunnah Nabi. Beliau bersabda: “Empat macam di antara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi).

Bagi istri, memakai parfum/wewangian yang dianjurkan merupakan saat-saat bakal melakukan hubungan dengan suami, bukan pada waktu keluar rumah yang justru dilarang Rasulullah.

“Perempuan manapun yang memakai parfum kemudian melalui sebuah kaum supaya mereka mencium wanginya jadi dirinya seorang pezina” (HR Ahmad)

Nah, pasti saja kami butuh mengenal jenis semacam apa wewangian yang disukai oleh pasangan, ada juga pasutri yang justru lebih menyukai wangi orisinil tubuh tanpa parfum. Jadi yang paling baik merupakan melakukan yang paling disukai oleh pasangan kita.

3. Berdandan dan berpakaian yang disukai pasangan

Adakalanya istri malu memakai pakaian minim yang disukai suaminya. Padahal ini justru sangat dianjurkan dan bernilai kebaikan.

“Sebaik-baik istri kalian merupakan yang pandai menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat. Yakni keras menjaga kehormatan dirinya lagi pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR. Ad Dailami).

Senada dengan hadits itu, Muhammad Al Baqir, cicit Husain bin Ali menjelaskan: “Sebaik-baik wanita diantara kalian merupakan yang membuang perisai malu ketika menanggalkan pakaian di hadapan suaminya dan memasang perisai malu ketika ia berpakaian kembali.”

4. Mulai dengan ciuman dan dialog mesra

“Janganlah salah seorang dari kalian menjima’ istrinya semacam binatang ternak mendatangi pasangannya. Namun hendaklah ada ar rasuul antara keduanya.” Ditanyakan terhadap beliau, “Apakah ar rasuul itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ciuman dan kalimat-kalimat dialog (mesra)” (HR. Ad Dailami)

Sebelum berhubungan suami-istri, dahuluilah dengan kata-kata romantis. Kata-kata yang mesra. Pujian untuk istri, dan juga kecupan sayang, yang membangun suasana menjadi lebih bergairah.

Ibnu Qudamah rahimahullah:”Dianjurkan (disunahkan) supaya seorang suami mencumbu istrinya sebelum melakukan jima’ supaya bangkit syahwat istrinya, dan dirinya memperoleh kenikmatan semacam yang dirasakan suaminya.”

Dan sudah diriwayatkan dari ‘Umar bin ‘AbdulAzizrahimahullah bahwasanya dirinya berkata: “Janganlah kalian menjima’ istrimu, kecuali dirinya (istrimu) sudah memperoleh syahwat semacam yang engkau dapatkan, supaya engkau tak mendahului dirinya menyelesaikan jima’nya (maksudnya engkau memperoleh kenikmatan sedangkan istrimu tidak).”

5. Pergunakan sentuhan

Jika kata-kata mesra merupakan pemanasan dengan ucapan dan ciuman merupakan pemanasan dengan bibir, pemanasan yang lainnya merupakan dengan tangan; sentuhan.

Imam Abu Hanifah ditanya oleh muridnya mengenai suami yang memegang kemaluan istrinya alias istri memegang kemaluan suaminya, beliau menjawab, “Tidak masalah, bahkan saya berharap ini bakal memperbesar pahalanya.” (Tabyin al-Haqaiq). (ummi-online)