SANTET itu ada. Di sekeliling kita. Paranormal Ki Gendeng Pamungkas mengaku sudah memakai metode santet lewat SMS sejak tahun 90-an. “Metode itu sudah saya pakai sejak tahun 90-an. Itu namanya televisi kognetik. Pengembangannya melalui jarak jauh,” ujar Ki Gendeng kepada detikcom.
Ki Gendeng mencontohkan, untuk membunuh seseorang, tinggal mengirim SMS kepada orang yang akan dia habisi. Dan ia akan melakukan apa yang diperintahkan dalam SMS tersebut.
“Misalkan saya punya nomor sampeyan. Saya SMS kamu, isinya, setelah baca SMS ini kamu mati. Jadi untuk membunuh orang sekarang tidak perlu bakar kemenyan,” kata pria yang pernah menyiapkan voodoo untuk menyantet Bush ini. Benar tidaknya, hanya Allah yang tahu.
Bila kita menyimak kutipan di atas tentunya pasti kita ingat dengan fenomena santet SMS yang sangat marak beberapa tahun ke belakang dan sangat ramai dibincangkan masyarakat kita. Selain itu, ada juga isu Kolor Ijo.
Apa motifnya, mari kita berpikir rasional. Sekarang yang jadi pertanyaan kita, kira-kira apa keuntungannya?
Satu, adanya motif persaingan usaha (yang tidak sehat), di mana dalam kasus SMS santet ini ada nama operator yang diafiliasikan dengan operator setan. Tentunya hal ini sangat tidak etis dan cenderung membodohi publik.
Dua, adanya motif ingin dikenal dan mengumbar sensasi (dengan menyebutkan beberapa nama/keyword) yang tentunya akan laku di Google.
Tiga, permainan kotor pihak penyedia layanan (operator seluler) yang memungkinkan produknya dipakai lebih banyak lagi untuk menyebarkan hal-hal seperti ini. Ketika prinsip MLM diterapkan, maka operator seluler sebagai top level tertinggi dan satu-satunya akan mendapatkan keuntungan ekonomis dari biaya SMS atau telepon. Penyedia jasa e-mailhanya mendapatkan dampak negatif dari kegiatan ini yang berupa menumpuknya sampah/spam yang membebani bandwith.
Empat, motif mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah yang seharusnya mereka hadapi. Ingat trend pra-pemilu selalu berbau isu supranatural. Misalkan pada pemilu sebelumnya terdapat isu Kolor Ijo yang mendahului. Dan yang paling riskan, bila isu kenaikan harga BBM akan tenggelam bersama masyarakat Indonesia yang diteror santet.
Lima, adanya skenario pihak asing untuk mengacaukan ketenangan masyarakat Indonesia, karena notabene masyarakat kita lebih percaya dengan isu-isu yang sifatnya supranatural. Kita bisa melihat program acara-acara mistik atau produksi film amat banyak dan mau tidak mau program seperti ini sudah jadi gambaran masyarakat kita.
Allaohu alam bi shawwab.
Sumber: islampos
Ki Gendeng mencontohkan, untuk membunuh seseorang, tinggal mengirim SMS kepada orang yang akan dia habisi. Dan ia akan melakukan apa yang diperintahkan dalam SMS tersebut.
“Misalkan saya punya nomor sampeyan. Saya SMS kamu, isinya, setelah baca SMS ini kamu mati. Jadi untuk membunuh orang sekarang tidak perlu bakar kemenyan,” kata pria yang pernah menyiapkan voodoo untuk menyantet Bush ini. Benar tidaknya, hanya Allah yang tahu.
Bila kita menyimak kutipan di atas tentunya pasti kita ingat dengan fenomena santet SMS yang sangat marak beberapa tahun ke belakang dan sangat ramai dibincangkan masyarakat kita. Selain itu, ada juga isu Kolor Ijo.
Apa motifnya, mari kita berpikir rasional. Sekarang yang jadi pertanyaan kita, kira-kira apa keuntungannya?
Satu, adanya motif persaingan usaha (yang tidak sehat), di mana dalam kasus SMS santet ini ada nama operator yang diafiliasikan dengan operator setan. Tentunya hal ini sangat tidak etis dan cenderung membodohi publik.
Dua, adanya motif ingin dikenal dan mengumbar sensasi (dengan menyebutkan beberapa nama/keyword) yang tentunya akan laku di Google.
Tiga, permainan kotor pihak penyedia layanan (operator seluler) yang memungkinkan produknya dipakai lebih banyak lagi untuk menyebarkan hal-hal seperti ini. Ketika prinsip MLM diterapkan, maka operator seluler sebagai top level tertinggi dan satu-satunya akan mendapatkan keuntungan ekonomis dari biaya SMS atau telepon. Penyedia jasa e-mailhanya mendapatkan dampak negatif dari kegiatan ini yang berupa menumpuknya sampah/spam yang membebani bandwith.
Empat, motif mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah yang seharusnya mereka hadapi. Ingat trend pra-pemilu selalu berbau isu supranatural. Misalkan pada pemilu sebelumnya terdapat isu Kolor Ijo yang mendahului. Dan yang paling riskan, bila isu kenaikan harga BBM akan tenggelam bersama masyarakat Indonesia yang diteror santet.
Lima, adanya skenario pihak asing untuk mengacaukan ketenangan masyarakat Indonesia, karena notabene masyarakat kita lebih percaya dengan isu-isu yang sifatnya supranatural. Kita bisa melihat program acara-acara mistik atau produksi film amat banyak dan mau tidak mau program seperti ini sudah jadi gambaran masyarakat kita.
Allaohu alam bi shawwab.
Sumber: islampos